Hai semua!
Apa kabar?
Artikel kali ini kita akan membahas Latte Factor.
Hah latte factor?! Lucu juga ya istilahnya. Apa sih itu?
Latte factor adalah terminologi yang diciptakan oleh David
Bach seorang pengusaha, motivator, dan
penulis buku literasi keuangan melalui bukunya yang berjudul The Latte Factor :
Why you don't have to be rich to live rich. Latte factor artinya pengeluaran yang
secara tidak sadar kita terus keluarkan hingga membuat pengeluaran membengkak
atau pengeluaran kecil yang sifatnya rutin tetapi sebenarnya tidak terlalu
penting dan bisa ditiadakan.
Isitilah latte ini
didapat dari kebiasaan anak zaman sekarang yang suka beli kopi tiap hari. Kopi
adalah pengeluaran kecil yang kalau dijumlahin selama sebulan bisa melebihi
biaya listrik dan air. Wah ngga nyangka
juga ya.
Meskipun mengacu pada
istilah latte, bukan berarti pengeluaran yang dimaksud hanya dari kopi saja ya.
Contoh lainnya adalah
1. Biaya transfer antar bank atau biaya admin bank
2. Membeli air mineral kemasan botol
3. Rokok
4. Langganan layanan streaming
5. Beli koin untuk game online
Atau apapun yang sifatnya sebenernya terhitung kecil apabila
dilakukan sekali kali, namun bila
dilakukan rutin akan menjadi besar.
Latte factor bisa muncul dengan mudah melalui
kebiasaan, impulsive buying, tekanan sosial, hinggal kontrol diri yang lemah.
Latte factor lebih banyak menjangkit millenial yang sudah
terbiasa dengan kecanggihan teknologi.
Melalui gaya hidup digital, milenial sangat mudah mengeluarkan uang
hanya untuk eksistensi di media sosial, mengikuti tren, atau sekedar memuaskan belanja
Jika kita tidak memiliki kontrol diri yang kuat, tanpa disadari latte factor akan membuat kita
sulit menabung dan berinvestasi.
Coba kita hitung ya,
misal sehari 15 rb, kalo sebulan
15 rb dikali 30 hari menjadi 450 rb dan dalam setahun menjadi 5,4 juta. Padahal
jika 5,4 juta kita investasikan di reksa dana pasar uang, kita bisa mendapatkan return sebesar 6-7%
dalam setahun.
Eits, bukan berarti
kita dilarang untuk membeli kopi atau hal-hal kecil lainnya, tapi akan lebih
baik jika kita bisa mengendalikan dan memanfaatkannya lebih bijak lagi untuk
hal yang lebih bermanfaat.
Latte factor bukan untuk membuat kita kaya, tetapi
memberikan pandangan untuk lebih sadar dalam membuat keputusan terhadap apa
yang harus dibeli dan apa yang tidak.
Apakah Latte factor berbahaya untuk keuangan kita?
Jawabannya bisa 2 ya,
aman dan bermasalah.
Ya aman jika kalo keuanganmu memang sudah bagus dan
teralokasi dalam budget plan. Contoh kamu memiliki gaji yang tinggi dan sudah
ada budget untuk minum kopi 1 juta sebulan, ya ngga apa beli kopi seharga 30 rb
Namun akan menjadi bermasalah jika income kamu mepet dan
ngga sadar bahwa pengeluaran pengeluaran tadi bikin tabungan kamu ngga nambah.
Misal budget kopi 1 juta akan jadi masalah kalo gaji kamu masih 4 juta sebulan
Lalu bagaimana supaya kita dapat mengendalikan latte factor?
Pertama, identifikasi
apa saja latte factor yang nilainya tak seberapa tapi jika dilihat perbulan
ternyata nilainya fantastis. Mulailah
dengan mencatat pengeluaran harianmu dan evaluasi setiap bulannya.
Kedua, mulai untuk
mengubah kebiasaan kamu. Misalnya dengan membawa air minum sendiri dari rumah,
menyeduh kopi sendiri, atau mengendalikan kebiasaan jajan.
Ketiga, buatlah
prioritas dan anggaran keuangan bulanan.
Hal ini akan membuat kamu lebih sadar dan peduli terhadap pengeluaran
yang lebih penting dan bermanfaat.
Walaupun di awal memang akan terasa sulit, tetapi jika kita disiplin maka kamu akan
mempunyai potensi dana yang dapat ditabung dan diinvestasikan.
Sekian artikel ini, terima kasih telah membaca, semoga
bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar